Jumat, 07 Maret 2014

Kupinang Kau Dengan Bismillah

Kupinang Kau Dengan Bismillah





"Allah menciptakan dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar. Tetapi mengapa Allah Cuma menganugrahkan satu keping hati untuk kita.?? Itu karna Allah memberi satu keping hati lagi pada seseorang agar kita mencarinya..."

Jum'at, 7 Maret 2014.
Hari ini adalah hari dimana aku berada pada fase yang mengharuskanku memulai hidup dari awal kembali, memulai hidup sebagai lelaki yang harus bertanggung jawab terhadap seorang wanita yang diamanatkan kepadaku.
Kalimat sederhana namun sangat sakral sudah kuucapkan.
"Ku terima nikahnya Ida Ariyani Hasanah binti Syihabuddin dengan mahar Rp73 ribu dibayar tunai," ucapku yakin sambil memegang tangan penghulu dengan cukup keras.
"Sah," ujar para saksi serentak.
Usai ijab kabul yang dinyatakan sah oleh semua saksi dan kemudian ditutup dengan doa oleh penghulu, mataku beranjak mengelilingi rumah Ida -begitu istriku biasanya ku panggil- untuk menatap satu persatu wajah orang yang seakan turut bahagia dengan pernikahan kami.
Sesaat melintas di pikiranku mengenai pernikahan... bagiku pernikahan merupakan masa awal untuk menyingkap tabir cinta yang sebnar-benarnya, mengajarkan kewajiban sepasang makhluk ciptaan Allah yang sangat berbeda dari segi fisik namun harus sama dalam visi dan misi, agar selalu bersama disegala situasi dan kondisi. Visi dan Misi untuk meraih ridho Allah dalam menuju ke kehidupan yang abadi.
Meskipun istriku tak semulia Khadijah, tak setaqwa Aisyah dan tak setabah Fatimah, namun sejatinya ia adalah seorang wanita yang punya cita-cita menjadi istri yang shalehah, mengikuti suami kemanapun dia diajak untuk melangkah, dalam bingkai kewajaran dan diridhoi Allah.
Saat istriku menjadi madu, maka sudah sepantasnya aku meneguk dan menjaganya agar tetap nyaman untuk menghilangkan dahaga ditenggorokan. Sebaliknya, saat istri menjadi racun, maka sebagai seorang suami akulah yang harus menjadi penawar bisanya.
Pernikahan bagiku juga mengajarkan untuk meniti sabar dan ridho. Aku maupun laki-laki lainnya di muka bumi ini bukanlah baginda Rasul, bukan juga Abu Bakar, Umar Bin Khatab atau sahabat lainnya yang senantiasa berdzikir dalam setiap bait nafasnya. Aku hanyalah suami akhir zaman yang cuma bisa berupaya sembari berharap agar bisa menjadi pakaian yang bisa melindungi setiap lekuk lahir dan bathin istriku.
Awalnya, aku tak mengenal arti cinta hakiki dalam hidup ini.
Berkali-kali aku terjatuh bangun, terombang-ambing dalam dunia pergelutan hati.
Sembilan kali aku menyakiti dan dua belas kali aku disakiti oleh makhluk yang bernama wanita.
Pernah pada suatu masa aku bertingkah bagaikan makanan yang bermadu.
Aku pernah mencinta yang dahsyat, mencinta sampai gila, mencinta dalam semua alunan tangga nada, berkicau bagai burung tentang emansipasi, mengorbankan sebagian harta bendaku dalam pengaruh nafsu yang lembut.
Akan tetapi, tak pernah aku menemui wanita yang seperti dia, yang apabila aku melihatnya maka aku lalu membayangkan bahwa yang ku lihat itu adalah seorang makhluk yang suci, begitu hebat.
Sehingga, apabila tersentuh oleh nafas makhluk itu maka aku pun merasa terapung dalam lautan pesona yang mengagumkan.
Aku telah terjatuh dalam keelokannya dan yang ku tau hanyalah rela berkorban deminya.
wanita yang sangat sederhana dalam segala hal, dari ujung rambut sampai ujung kaki, dari bangun tidur hingga memejamkan matanya lagi ketika malam menjelang.
Seorang wanita yang periang dalam berteman, sehingga membuat setiap orang yang berada didekatnya merasa nyaman.
Seorang wanita yang supel dan selalu mengeluarkan senyuman manis. Bibirnya yang mungil, semakin membuat senyuman itu lebih sempurna.
Seorang wanita yang diberikan oleh tuhan sepasang bola mata hitam yang mengudang bulan untuk berbisik-bisikan, serta menawan…
Saat ku bertemu dengannya, tak bisa dipungkiri lagi bahwa ada perasaan ingin selalu bersama, mungkin masih banyak kekurangan yang kumiliki tapi aku yakin dia bisa menerimaku apa adanya, dan akupun kan selalu berusaha untuk menjadi seperti apa yang dia minta.
Aku pernah bersumpah di hadapan Allah disaksikan dedaunan ditiup angin yang semilir, bersahutan dengan deburan ombak serta suara air mengalir.
Andai suatu saat nanti kami akhirnya bersatu dalam ikatan yang suci, ku kan selalu ada untuknya dan selalu berusaha menjadi yang terbaik. Itulah JANJIKU….. Dan sekaranglah waktunya aku menepati janji itu.
Dengan Nama Allah, kupinang kau wahai wanitaku untuk menjadi istri yang akan mendampingiku untuk mendapatkan ridho Allah menuju ke kehidupan yang abadi...


"Perempuan datang atas nama cinta
Ku menyambutnya atas nama cinta
Seperti bulan yang telah tidur dalam hatinya
Berdinding kelam dan kedinginan
Menghampiri hati yang sedang dalam keraguan….!!!" (Rangga)

"Kata-kata lembut yang kita bisikkan pada pasangan kita
Tersimpan rapi disuatu tempat rahasia disyurga
Pada suatu hari mereka akan berjatuhan bagaikan hujan, lalu tersebar"

“Sebuah proses
 perjalanan hidup menuju kedewasaan
yang belajar mencinai hidup
 seperti apa adanya
bukan sebagaimana yang kita kehendaki”
“Kesalahan akan berhenti
menjadi kesalahan
apabila kita menggunakannya
untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik…”
Salam hangat
 Penulis

0 komentar:

Posting Komentar