Meminang

Sejarah penting dalam hidup manusia termasuk bagi seorang Yudhi Baslau.

Nice Moment

Sampai kapanpun masa-masa berkumpul bersama kawan-kawan akan selalu menjadi kenangan manis untuk diingat.

Ekspresi Diri

Seni sastra termasuk membaca puisi cara murah dan mudah untuk mengusir gundah dan galau.

Mun Lain Kita Siapa Pang Lagi

Saatnya Berbuat Bersama Melestarikan Seni Budaya Kalimantan.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 19 Februari 2014

Inspirasi



Inspirasi
Sebagai pencari berita atau wartawan, setiap harinya aku harus mengelilingi sudut demi sudut daerah dimana aku ditugaskan sekarang, yakni Kabupaten Balangan yang bergelar Bumi Sanggam. Kerena baru saja dimekarkan pada awal tahun milenium lalu, membuat daerah ini lumayan sepi dari aktivitas lantaran belum terlalu banyak pembangunan yang dilakukan.
Seperti hari-hari biasa, tidak ada hal baru yang kulakukan pada hari ini, selain menemukan berbagai kasus dan melihat berbagai penderitaan masyarakat korban dari kebijakan - kebijakan yang dibuat pemangku kepentingan. Terlepas dari itu, aktivitasku hanya mengulang kegiatan yang sama dari hari sebelumnya, mencari berita, mengirimnya melalui email kepada redaktur dengan deadline pukul 16.00 Wita. Setelah itu, waktuku nyaris ku habiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, diluar dari shalat, membaca Alquran, buku sembari sesekali menghubungi pujaan hati via telepon atau SMS.
Usai mengirim berita ke redaktur di warung internet, seperti biasa aku browsing sebentar menelusuri dunia maya untuk sekedar mencari artikel-artikel bagus untuk dibaca di kamar berukuran 2 x 2, my kost sweet kost. Tidak seperti biasanya, hampir satu jam lebih berada di depan layar komputer, aku tidak menemukan sesuatu yang menarik yang bisa membuatku lebih rileks, mungkin karena sedang jenuh atau lelah.
Bosan browsing di google, aku kemudian membuka halaman baru pada tampilan layar persegi empat yang ada di depanku. Tanpa diperintah, jari-jemariku dengan lincah mengetik satu kata "facebook". Yah, tidak ada salahnya membuka akun jejaring sosial yang sudah lama tidak kubuka tersebut.
Lama tidak membuka jejaring ini, banyak hal baru bersifat lama yang kutemui, seperti tampang kawan-kawanku sewaktu kuliah di Universitas Islam Kalimantan (Uniska) yang dengan narsis meng-upload fotonya, serta hal gokil lainnya yang membuat aku merasa lebih rileks, senang hingga senyum-senyum sendiri.
Bahkan, rasa haru seketika muncul dalam dadaku  dan membuatku terpaku seakan terbang ke alam masa lalu saat melihat beberapa foto yang di-upload teman-temanku itu, foto disaat kami melakukan kegiatan sosial bersama-sama di salah satu organisasi di kampus, foto saat kami turun ke jalan dan seperti berada di garda terdepan untuk memperjuangkan nasib r akyat pinggiran yang tidak merasakan keadilan.
Mouse terus ku gerakkan ke arah bawah, hingga kutemui sebuah tautan dari temanku sewaktu bersekolah di pondok Darul Hijrah Putra Martapura dulu yang dia kirimkan ke dinding akun facebook-ku, tautan yang berjudul Derap Langkah Anak Rimba, sebuah kutipan singkat yang memaparkan dua orang anak desa yang sangat akrab.
Tautan tersebut dikirimkan oleh sahabatku Ahmad Jayadi. Lantaran tempat tinggalnya yang berada di pelosok kampung, tepatnya sebuah kampung yang berlokasi di sudut utara provinsi Kalimantan Selatan, kami pun sering memanggilnya dengan sebutan Al Qarawy yang artinya orang kampung. Kendati tinggal di pelosok, berkat kegigihan dan ketulusannya dalam menuntut ilmu, sekarang dia sedang melanjutkan pendidikan S1-nya di Negeri padang pasir yang selalu ku impikan bisa kesana, yaitu negeri Saba’ Yaman yang ceritanya telah di abadikan oleh Allah ‘Azzawajalla dalam Alqur’an dan menjadi salah satu nama surah, negeri dimana ratu Balqis pada ratusan abad yang lalu melebarkan sayap kekuasaannya.
Entah mengapa setelah membaca tautan yang dikirimkan oleh sahabatku itu hatiku semakin bergetar, seakan ada sesuatu yang aneh mengalir menelusuri aliran darahku, aku merasa berhutang budi pada masa laluku yang selama ini seakan sudah kulipat, kugulung dan buang, sehingga tak pernah terpikir olehku untuk membuka kembali masa-masa itu. Akupun menghujat diriku sendiri yang telah beranggapan bahwa masa lalu hanyalah sebuah kisah yang tak berarti lagi untuk dikenang di masa kini dan di masa maupun masa yang akan datang. Sekarang aku sadar bahwa sejatinya masa-masa itulah yang harus kutengok dan pelajari kembali, sekadar sebagai ajang evaluasi diri dan pembelajaran agar hidup ini bisa belajar dari sebuah pengalaman, dan menjadi lebih baik pada masa depan.
The best teacher is experience
Terinspirasi dari tulisannya itu, aku kemudian kembali membuka halaman baru dari layar komputer dan mencoba mengisi blog-ku yang juga sudah lama tidak kuisi dengan tulisan-tulisan. Aku ingin menjadikan memori-memori masa lalu yang terlintas dipikiranku ini tercurah menjadi susunan kata-kata yang bisa kuabadikan dan cerita yang kelak akan dibaca oleh anak, cucu, buyutku dan bagi siapapun yang ingin membacanya agar menjadi pembelajaran, disamping juga sebuah kenangan hidup yang bisa aku buka dan nikmati setiap saat...
***

Jumat, 14 Februari 2014

Cerita Konyol di 14 Februari

Cerita Konyol 14 Februari.
14 Februari ya...? Wew, jadi ingat kejadian sembilan tahun yang lalu. Kejadian yang menurutku konyol dan sedikit menggelitik.
Ceritanya tu begini, waktu itu aku baru lulus SMA dan baru punya pacar, ku pertegas lagi dan baru punya pacar, atau pacar pertama gitu. He he he.
Hubungan kami bisa dikatakan long distance relationship (LDR), aku di Banjarmasin, sedangkan cewekku di sisi kota yang lain, yaitu Banjarbaru. Layaknya cewek-cewek yang lain, pada hari itu yang tepat tanggal 14 Februari 2006 (kalo ga salah) dia minta dikasih cokelat. Sebagai cowok yang sayang dan cinta sama ceweknya (cie ciee), akupun bela-belain pergi ke Banjarbaru yang berjarak sekitar 40 KM.
Masalahnya, waktu itu aku belum punya sepeda motor sendiri, kalau mau bepergian biasanya selalu minjam motor kakak atau teman yang kebetulan motornya tidak terpakai atau nganggur.
"Ka, minjam motor dong,"
"Mau kemana?," tanya kakaku Yadi.
"Ke Banjarbaru jenguk pacar yang lagi di rumah sakit," glek!!!.
"Waduh, bagaimana ya, kayanya tidak bisa Yud, soalnya hari ini kakak mau tidur seharian, malam tadi begadang," ujarnya lagi.
Hmmmh, memang kalau tidur pakai motor?
Ya pada intinya dia ga bisa minjamin motor.
Beruntung, pada saat aku sedang galau-galaunya, ada SMS teman masuk yang ngajakin pergi ke kampus barengan. Otomatis tawaran itu ku terima dengan senang hati.
Setelah temanku yang bernama Iwan tadi menjemputku, kamipun pergi ke kampus kemudian mengikuti proses transfer ilmu dari dosen yang tidak pernah bisa masuk ke dalam kepalaku, lantaran dosennya hanya ngomong dan sibuk sendiri dengan papan tulis yang ada di hadapannya seperti tidak ada mahasiswa di dalam lokal.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 Wita, tandanya perkuliahan sudah selesai. Aku yang sebelumnya berpikir Iwan bisa meminjamkan motor, ternyata ada keperluan mendadak yang mengharuskannya segera pulang ke rumahnya. Tinggallah aku sendirian terpenjara di kampus, jangankan pergi ke Banjarbaru, pulang ke rumah saja aku bingung. Sementara itu, waktu terus berjalan dan sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Seperti malaikat yang datang kesiangan, dari jauh aku liat sesosok laki-laki memakai baju warna putih, ternyata oh ternyata dia adalah... Jeng jeng jeng... Amat, sepupuku yang datang ke kampus untuk menjemputku. He he he.
Aku pun bergegas memberitahu Amat mengenai niatku yang ingin pergi ke Banjarbaru, ember bersambut gayung Amat bersedia menemaniku. Mesin motor dihidupkan, gas diputar, kami meluncur menuju Kota Idaman Banjarbaru.
Malang tak bisa dihindari,baru setengah perjalanan ban sepeda motor kami bocor, untungnya masih ada tukang tambal ban yang membuka praktek di tepi jalan, padahal jarum jam sudah sampai pada angka sembilan. Karena takut kemalaman, ban dalam yang bocor kami ganti dengan yang baru sehingga tidak perlu menunggu lama seperti menambal ban yang bocor.
Perjalanan kembali kami lanjutkan. Memang hari yang sial, baru lima kilometer sepeda motor kami menggertak aspal, dia kembali harus terhenti karena rantainya putus, alamat cintaku yang juga akan putus. Hahay. Nasib, nasib...
Setelah melalui berbagai rintangan dalam memperbaiki rantai sepeda motor Honda Supra X, sembari berharap perjalanan kali ini lancar kami melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah, tepat pukul 00.00 Wita kami sampai di depan rumah Ervika Septiana, pujaan hatiku kala itu. Hehehe.
Namun apa daya, puluhan kali telepon dan belasan kali Short Message Service ku tidak kunjung dibalas oleh Vika, panggilan akrabnya. Dengan sedikit rasa bersalah dan kecewa, tanpa pikir panjang coklat yang kubawa tadi kutaruh di dalam got depan rumahnya. Alamaaaak, tidak ada tempat lain lagi ya, niat ngasih ga sih...??#*$@.

Tanpa ku lanjutkan ceritanya kalian pasti sudah bisa mengira apa yang terjadi selanjutnya pada hubungan kami. Elo Gue End...